Senin, 27 Februari 2012

Gedung WTC baru berteknologi militer

 
Cyber Sabili-AS: Pihak berwenang AS sedang memasang alat-alat keamanan yang berbasis pada teknologi militer untuk melindungi gedung baru World Trade Center  dari serangan teroris, New York Post mengatakan.


Sistem pengawasan baru mencakup ribuan kamera "cerdas" dan perangkat untuk pengenal wajah dan retina yang langsung mampu melacak dengan database daftar tersangka teroris, kata sumber yang dikutip oleh surat kabar New York Post.

Gedung ini juga akan dilengkapi dengan sensor inframerah dan detektor panas yang mampu melacak bahan peledak dan radiasi.

Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey juga berencana untuk menggunakan komputer yang mampu mendeteksi perilaku gerakan masyarakat yang mencurigakan dan langsung memberitahukan kepada polisi.

Menurut surat kabar ini, bentuk khas dari perilaku yang tidak teratur termasuk mengambil rute yang tidak biasa atau melawan arus umum pejalan kaki, melompat atau membuat gerakan tidak menentu, atau meninggalkan tas atau paket di tempat dimana tidak ada alasan untuk melakukannya, akan dapat terdeteksi dengan komputer ini.

"Apa yang kami lakukan di sana belum pernah dilakukan sebelumnya," kata seorang pejabat Otoritas Pelabuhan kepada New York Post.

Sistem keamanan WTC baru akan terhubung ke jaringan kamera dan sensor yang juga digunakan oleh Departemen Kepolisian New York di gedung Manhattan Lower dan sedang dikembangkan oleh Behavioral Recognition Systems (BRS), sebuah perusahaan yang telah memasang perangkat jenis ini untuk Pentagon.

Program BRS adalah memasang kamera keamanan depan yang digunakan oleh penjaga malam, kata presiden BRS, John Frazzini mengatakan kepada harian New York.

Frazzini mengatakan sistem tidak akan menyimpan data pribadi, dan kamera tidak akan dipasang di tempat-tempat privasi yang harus dihormati seperti kamar mandi.

Pembangunan WTC baru, yang direncanakan akan selesai pada tahun 2013, telah tertunda selama bertahun-tahun karena perbedaan antara Otoritas dan pengembang, sedangkan biaya terakhir telah menelan hingga hampir $ 15 miliar.(IANS/SIA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar